Friday, September 26, 2014

Bed Rest.


The title says it all. 

"Hah?Bed rest?" 

Iya masbro, mbaksis. Bed rest. Ceritanya saya sedang menjalani hukuman (yang sebenarnya lebih terasa seperti liburan --psst.. jangan bilang-bilang bos saya ya) yang bernama bed rest ini.

Be careful what you wish for. Kenapa? Karena wish yang kita punya bisa saja dikabulkan, tapi dengan bentuk yang 'sedikit' berbeda dengan  apa yang kita bayangkan. Contohnya apa yang baru saja saya katakan di awal minggu ini. 

"Ah, udah lama ya nggak tidur siang, goler-goler di kasur kayak waktu jaman kuliah dan SMA." 
"Kalau bisa liburan seminggu enak kali ya.."
Kalimat-kalimat yang keluar begitu saja dari mulut saya saat ngantuk sehabis makan siang di kantor, di hari Selasa.

Mulutmu, harimaumu, dek Janet. Ketika Tuhan berkata (dengan nada sedikit nge-rap..) "Kamu akan gabut di kantor lalu sepulang kantor kamu akan mendapatkan wahyu berupa sifat rajin yang sudah lama tidak kamu miliki lalu kamu akan bersih-bersih dan nyapu ngepel seluruh kamar kos yang bentuknya sudah hina dan tidak terurus itu kemudian kamu akan bersin-bersin yang akan berubah menjadi flu yang kemudian berubah menjadi demam dan sakit tenggorokan yang akan kamu derita semalaman!", WALLA! (Maksudnya voila) terjadilah yang Ia kehendaki padaku.

Selasa malam, saya pun demam dan tenggorokan saya atit ali. Sakit sekali.
Rabu pagi, dengan kepala yang masih berat dan tubuh yang terasa melayang-layang, akhirnya saya memutuskan untuk pergi ke sebuah rumah sakit di Jakarta, minta izin nggak masuk kantor. Nggak tanggung-tanggung, saya datang ke dokter Internis (Spesialis Penyakit Dalam). Kenapa? Karena itu dokter langganan om dan tante saya yang katanya bagus. Percayalah saya tadinya mau ke dokter umum saja karena merasa agak terlalu lebay kalau baru demam sehari langsung datang ke internis. Tapi ya sudahlah, tidak ada salahnya, saya pikir.

Mengambil nomor antrian yang ternyata nomor satu (Hore!) karena datang kepagian, ternyata merupakan hak prerogatif dokter untuk datang kapan saja. Saya datang jam 9 pagi, dokternya datang hampir jam 11. Mati gaya, tapi untung nggak mati beneran.
Melihat sekeliling saya yang mulai ramai (bapak-bapak paruh baya, ibu-ibu menggunakan kursi roda, dan sebagainya) entah kenapa saya merasakan tatapan yang agak sinis dari sekeliling saya. Mungkin nurani mereka berkata "Ini anak bau kencur, kayanya sehat-sehat aja ngapain ngantri spesialis penyakit dalam segala?" dalam hati saya malah sedikit berdoa "semoga nggak sia-sia saya datang ke internis, kalau nggak saya cuma ngelama-lamain antrian aja sama bakar duit sendiri"

Tidak lama kemudian. akhirnya dokternya datang juga. Setelah lama-lama mendapat tatapan sinis dari sesama pasien yang antri (nggak deng) saya masuk, diperiksa dan diwawancara sebentar oleh dokter yang semoga saja mahatahu akan penyakit apa yang saya derita, dan coba tebak dokternya bilang apa? 

"Kalau baru demam sehari sih belum berarti ya. Coba dicek darahnya terlebih dahulu di lab, nanti setelah hasilnya keluar kembali lagi ke sini." 

Lalu dengan rasa bersalah dan muka memelas, saya berkata "Maaf ya udah buang-buang waktu dokter.."
Nggak lah. Saya mengucapkan terima kasih, melangkah keluar dan melakukan cek darah di lab seperti yang dianjurkan. Apa rasanya diambil darahnya menggunakan jarum suntik? Unpleasant. Tapi ya apa boleh buat, saya harus membuktikan bahwa ada sesuatu yang salah di dalam tubuh saya ini, mempertanggungjawabkan 2 hal yang pertama kali muncul di pikiran saya: Yang pertama, izin nggak masuk kantor. Rasanya agak sia-sia kan kalau nggak masuk kantor untuk pergi ke dokter tapi ternyata nggak sakit apa-apa? Berhubung saya masih anak baru dan belum punya jatah cuti (nah jadi curhat) it's a big no untuk terlalu banyak izin nggak masuk kantor. 
Jadi, kalau sudah izin nggak masuk kantor tapi ternyata nggak sakit apa-apa, bagaimana? Coba dipikirkan sendiri.
Yang kedua adalah tatapan-tatapan judging dari sesama pasien yang mengantri tadi. Nggak mau kan, dianggap cuma 'menuh-menuhin antrian aja'. Memang sih, saya nggak teriak "Hey, saya antrian nomor satu loh! Lalala yeyeye~" sambil joget ngeledek. Basically itu beban moral yang terjadi di pikiran saya saja waktu itu.

Satu bakwan jagung dan satu tahu isi habis dilahap, serta satu jam pun berlalu. Saya kembali ke laboratorium rumah sakit untuk mengambil hasil cek darah yang dinanti-nanti. Saya buka amplopnya, mencoba membaca arti angka-angka yang ada di kertas tersebut. Nggak ngerti.
Menyerah, saya kembali ke dokter penyakit dalam yang mahatahu (disingkat menjadi DPDYM).

Percakapan di jumpa kedua saya dengan DPDYM:
DPDYM: "Ya, ini hasil cek darahnya semua normal ya. Trombositnya agak rendah, tapi leukosit dan hemoglobinnya semua masih normal"
Saya: *angguk-angguk lega sambil mikir 'oh jadi gue ga sakit apa-apa dong ya'*
DPDYM: "Tapi...." *dengan jeda dramatis*
Saya: *tahan napas*
DPDYM: *membuka lembaran kedua hasil cek darah (saya nggak sadar hasilnya terdiri dari dua lembar)* "Tapi dilihat di sini kamu sudah kena Typhus ya.. " *kemudian memberi sedikit penjelasan mengenai Typhus, memberi titah untuk saya agar bed rest selama 3 hari, dan menulis resep obat*

Terdiagnosis lah saya memiliki penyakit Typhus. Dengan rasa bersyukur karena saya tidak perlu diopname (apalagi diinfus), saya melangkah keluar ruang dokter tersebut dengan hati gembira. 

Hari Sabtu ini saya masih harus cek darah yang kedua kalinya, semoga keadaan saya sudah membaik.


Konklusi?

Jadi sekali lagi, be careful what you wish for, dan kalau wish yang anda miliki terkabul namun tidak benar-benar sesuai dengan apa yang anda inginkan, hey, mungkin itu sesuatu yang sebenarnya anda butuhkan.

Seperti saya. Sakit sih, bed rest sih, tapi ya disyukuri saja. Kadang memang harus ada sesuatu yang kita korbankan untuk mendapatkan apa yang kita inginkan. 

Para pembaca, jaga kesehatan ya. Jangan gara-gara tulisan saya ini terbentuk gerakan 'Saya ingin sakit supaya bisa libur'.
Liburan yang menyenangkan ya saat benar-benar waktunya liburan dong.
Semoga next time benar-benar punya kesempatan untuk berlibur ya~ #tetep


Janet

8 comments

  1. kebetulan banget pas baca ini gue baru bangun tidur siang. indahnya tidur siang. #goler-golersehat

    ReplyDelete
  2. I wish all the people were healthy and that will be a great happiness for me. That is ok when everyone is happy. Come in here dissertation-writingservices.org good to have it all.

    ReplyDelete
  3. I absolutely agree with the statement that we have to be very careful with the things we wish because if it comes true we will live with it. Take a look at thesis editing service - edit-ing.services thanks.

    ReplyDelete
  4. Nice to read your article! I am looking forward to sharing your adventures and experiences 먹튀검증

    ReplyDelete
  5. This writer is fantastic, and it's always a pleasure to read the content that this writer publishes here. I want to know if they're going to talk about color fastness anytime soon. I've seen a lot of people talk about this recently so that is why I ask. 먹튀검증업체

    ReplyDelete
  6. Thanks for such a great post and the review, I am totally impressed! Keep stuff like this coming 토토사이트

    ReplyDelete
  7. Interesting blog I must say, the facts and information written here are accurate. black leather motorcycle jacket  먹튀폴리스

    ReplyDelete
  8. Hi there! This article could not be written much better!
    야설
    Also visit my web site <a href="https://www.japanyadong.com/""_blank

    ReplyDelete

Thanks for your comment!

© Janet Valentina
Maira Gall